Mereka Yang Pernah Memimpin BPK PENABUR

Kamis, 28 Januari 2010

Dalam perjalanannya sepanjang setengah abad, tercatat 11 tokoh yang pernah memimpin BPK PENABUR sebagai ketua/ketua umum, baik ketika masih bernama THKTKHKH, BPK Jabar maupan BPK PENABUR.

Layaknya sebuah negara. sosok pemimpin ikut mewarnai perjalanan sebuah organisasi, tidak terkecuali BPK PENABUR. Tantangan yamg dihadapi pun berbeda-beda, tergantung situasi yang berkembang pada saat itu. ada kalanya krisis menerpa BPK PENABUR. Tapi Misi pelayanan, seperti yang sudah dicanangkan, harus tetap jalan. berikut sosok para ketua umu dan situasi yang memimpin mereka

Dalam perjalanannya sepanjang setengah abad, tercatat 11 tokoh yang pernah memimpin BPK PENABUR sebagai ketua/ketua umum, baik ketika masih bernama THKTKHKH, BPK Jabar maupan BPK PENABUR.
Layaknya sebuah negara. sosok pemimpin ikut mewarnai perjalanan sebuah organisasi, tidak terkecuali BPK PENABUR. Tantangan yamg dihadapi pun berbeda-beda, tergantung situasi yang berkembang pada saat itu. ada kalanya krisis menerpa BPK PENABUR. Tapi Misi pelayanan, seperti yang sudah dicanangkan, harus tetap jalan. berikut sosok para ketua umu dan situasi yang memimpin mereka:

1. dr. Ong Teng Houw
(1950)

Dia seorang dokter. Namun Perhatiannya di dunia pendidikan sangat tinggi. Ong Teng Houw Merupakan salah satu tokoh perintis berdirinya BPK PENABUR . Ketika belanda akan meniggalkan Indonesia, dialah yang diserahi tugas oleh Sinode THKTKHKH Djawa barat untuk duduk dikepanitian dalam rangka melanjutkan pendidikan yang sebelumnya dikelola yayasan milik Belanda

2.Mr Khouw Giok Pwee
(1950-1954)

Dia juga salah satu tokoh perintis berdirinya Yayasan BPK PENABUR. Khouw Giok Pwee-lah tokoh yang saat itu peduli terhadap upaya memajukan pendidikan orang-orang Kristen Indonesia setelah Belanda meniggalkan Indonesia.

Sebagai Ketua, tugas utamanya yang dijalankan saat itu adalah meletakkan dasar-dasar hukum, organisasi dan administrasi. Ini perlu dilakukan untuk memberikan landasan kerja dan menentukan arah dalam mengelola Yayasan BPK PENABUR dikemudian hari.

Mr Khouw Giok Pwee dikenal sebagi ahli berdiplomasi. setelah bertekat memajukan pendidikandi tanah air , langkah ynag ditempuh adalah melanjutkan perundingan-perundingan degan VCS dan NZV. Tidak Banyak kendala yang dihadapi, sebab sejak tahun 1948 pimpinan VCS dan NZV sudah bertekat mengatur segala sesuatunya untuk mengarahkan lembaga Pendidikan yang dikelolanya kepada yayasan kristen yang dianggap bonafit atau kepada gereja-gereja setempat.

3. Mr Yap Thiam Hien
(1954-1957)

Pengacara terkenal ini lahir di Banda Aceh, 25 Mei 1913. Dia menjabat sebagai ketua selama tiga tahun (1954-1957). Di masa kepemimpinan Mr Yap Thiam Hien, yayasan ini berada di masa peralihan dari masa pemerintahan Belanda ke pemerintahan Republik Indonesia. Sekolah-sekolah mulai berkembang, antara lain di Jakarta, Bandung, Sukabumi, dan Cirebon.

Pada tahun 1957, BPK PENABUR telah memiliki sejumlah sekolah Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan beberapa sekolah kejuruan.

Yap dikenal sebagai pengacara yang sangat konsisten dan konsekuen terhadap hak asasi manusia. Dia sangat kritis meyuarakan ketimpangan-ketimpangan dalam masyarakat. Maka tidaklah mengherankan apablia dikalangan teman-teman seprofesinya dia di anggap sebagai "symbol of moralism." Tahun 1950 ia pernah menjadi wakil ketua saat Mr Khoue Giok Pwee sebagai ketua umum BPK PENABUR Djawa Barat.

4.Lie Beng Giok/L.B.G Surjadinata
(1957-1965)dan(1972-1973)

L.B.G Surjadinata merupakan tokoh keempat yang tampil memimpin BPK PENABUR (waktu itu masih bernama BPK PENABUR Djabar) sebagai ketua umum.

Ketika memimpin lembaga ini usianya baru 35 tahun. Lahirnya di Tanjung Sari, Jawa Barat 7 Mei 1922, di karunia Tuhan 10 anak dan 18 cucu. Di masa kepemimpinan Surjadinata, KPS Jakarta berdiri. Selama menjabat ketua umum L.B.G kerap turun kebawah, beranjangsa ke daerah untuk melihat perkembangan KPS, sekaligus mencari peluang dan potensi masyarakat yang memerlukan pendidikan.

Semasa menjabat ketua umum, L.B.G mulai menata organisasi secara lebih modern, misalnya penyeragaman sistem administrasi sekolah. Dengan demikian memudahkan bagi PH dalam membuat perancanaan-perancanaan. "Buku suluh penyelenggaraan tata usaha sekolah-sekolah partikelir bersubsidi dan berbantuan" karangan R.M. Soemadijono dijadkan pedoman dalam pengembangan sekolah.

Sempat absen kurang lebih 7 tahun karena kesibukannya sebagai anggota DPR, L.B.G. Surjadinata pada tanggal 12 Februari 1972, melalui PMS XXXVIII, kembali dapat kepercayaan sebagai ketua umum BPK PENABUR Djabar (1972-1973).

Karena cuma satu tahun, PH yang dipimpinnya membatasi sasarannya hanya pada tahap rehabilitasi pada tahap konsolidasi. Maka disusunlah rencana kerja untuk masa 1972/1973, yang pada intinya berkisar iklim "sense of belonging" antara KPS-KPS dan PH. Mengadakan koordinasi dan standardisasi administrasi sekolah dan administrasi keuangan persekolahan.

Program lain menyehatkan organisasi BPK PENABUR Djabar dengan memperbaiki anggaran dasar dan menyusun rumah tangga. Mengaktualisasi kembali perhatian GKI Djabar bahwa usaha dan kegiatan BPK PENABUR Djabar pada hakikatnya adalah untuk keperluan dan kepentingan GKI Djabar sendiri. meningkatkan komunikasi ekstern dengan instansi-instansi sperti departemen pendidikan dan kebudayaan serta lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

5.Oey Giok Tjeng/W.Kasenda
(1965-1968)

Dalam memimpin yayasan dia lebih menekankan musyawarah untuk mencapai kesatuan pandangan. sikap semcam ini dianggap sebagian rekan-rekannya sebagai "Terlalu Longgar", Sehigga terkesan ia terlalu memberikan kebebasan penuh kepada KPS-KPS. dia menjabat sebagai ketua umum pada periode 1965-1968

Dimasa Kepemimpinannya , sejalan degan perkembagan semagat kebangsaaan-sebagimana tercermin dalam peribahan nama gerja pendiri menjadi GKI Djabar-nama yayasan pendidikan pun pada tanggal 27 Januari 1967 diubah menjadi Badan Pendidikan Kristen (BPK PENABUR ) Djawa barat.

Pada masa 1965-1968 titik berat sifat kepengurusan bergeser ke stuktur presbiterial. Dimasa kepemimpinanya peristiwa G-30-S/PKI meletus. ditengah suasana salng curiga yang merebak demikian luas ditengah masyarakat, Kasenda tetap tenang. beruntung,sikap seperti itu juga terdapat pada sosok D.Sutedja (wakil ketua) yang cendeung dinamis dan berwibawa, serta sekertaris Tjiok Tjing Ho/Jusak Hardiwardojo yang bijaksana dan bendahara LiemTong Hoe/Hugeng. Beralasan jika dimasa kepemimpinannya, Mereka di sebut sebagai "Catur Tunggal." ketika berlangsungnya persidangan Pleno BPK PENABUR Djabar di Cipayung, Menghasilkan keputusan Mendirikan Universtas Kristen Maranatha (UKM). Semua itu hasil Kerja sama antara BPK PENABUR Djabar dengan BPPK-GKP. Keberadaan UKM memberi semagat tersendiri bagi D.Sutedja yang mengemukakan gagasan untuk mendirikan UKRIDA (Universitas Kristen Djakarta Raja).

6. dr Oey Tiong Jang/Jusak Suwarno
(1968-1972)

Dia dipercaya memimpin BPK PENABUR Djabar sebagai ketua Umum periode 1968-1972. memimpin BPK PENABUR Djabar, J.Suwarno ibarat memasuki dunia yang seolah tak pernah sepi dari masalah berat. Saat iti BPK PENABUR Djabar sedang menghadapi masalah keuangan, dihapuskannya subsidi, dan berubahnya kebijakan pemerintah di bidang pendidikan.

Dalam situasi seperti itu, PH tidak dapat berbuat banyak ,kecuali hanya sebagai koordinator. pada saat inilah dr.J.Suwarno diangkat sebagai ketua umum menggantikan Kasenda yang tidak lagi tinggal di Djakarta di masa kepemimpinannya, dia didampingi penasihat brigjen JJ Sahulata, Mempersiapkan adanya sekolah Kejuruan seperti sekolah Menegah Farmasi (SMF). sesuai dengan professinya sebagi dokter ia mempersiapkan alat-alat laboratorium Fisika,Kimia,dan Biologi degan meminta bantuan pemerntah belanda. Kecuali Itu, meyelesaikan masalah keuangan adalah langka pertama yang Suwarno ambil. Dia berusaha agar subsidi unuk SD kristen Jakarta,Bandung,Sukabumi,dan Cirebon yang sempat dihapus, dihidupkan kembali.

Masih di bawah kepemimpinannya, KPS Cirebon, Bandung, dan Suka Bumi Sejak 1968 terus berkembang, terutama dalam hal administrasi keuangan maupun administrasi kepegawaiannya, disamping berhasil mempertingging mutu pendidikan diberbagai jenis sekolah. Kesejahteraan guru mulai di benahi.

7. Jap Heng Ghie/Ruben Budhisetiawan
(1974-1980)

Ruben menjadi ketua umum periode 1974-1980. Ruben Budhisetiawan bukanlah orang baru dalam lingkungan BPK PENABUR Djabar. Pernah pula diangkat menjadi anggota Pengurus Harian beberapa tahun lamanya. Hitung-hitung sudah sepuluh tahun dia aktif dalam BPK PENABUR Djabar.

Begitupun dengan orang-orang yang diangkat untuk melengkapi kepengurusannya. penasihatnya adalah Brigjen J.J. Sahulata yang juga bukan orang baru, sebab sudah lama berkecimpung dan kepengurusan BPK PENABUR Djabar.

Melihat komposisinya , pengurus BPK PENABUR Djabar dibawah kepemimpinan Ruben, sudah melangkah ke arah formasi Bhinneka Tunggal Ika. Ini merupakan langkah penting dalam sejarah berdirinya lemaga kristen ini. Kendati begitu masalah-masalah yang dihadapi pengurus tidak sedikit.

Benar, secara umum dapat diakui bahwa BPK PENABUR Djabar secara kuantitatif (jumlah sekolah yang dikelola) dan kualitatif telah banyak mengalami kemajuan. Akan tetapi harus diakui pula bahwa perkembangan yang begitu cepat dalam keadaan serba kekurangan seing menempatkan BPK PENABUR Djabar dalam posisi serba sulit.


0 komentar: